Senin, 11 April 2011

EFEKTIVITAS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SMA NEGERI I MATANGKULI KABUPATEN ACEH UTARA



  Jalaluddin, S. Pd. M. Pd
            Dosen Pendidikan Biologi  FKIP Universitas Seambi Mekkah Jurusan Ilmu Pendidikan

Abstrak: Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu model manajemen yang memberikan kewenangan yang luas kepada sekolah untuk pengelolaan sekolah sesuai dengan potensi, tuntutan dan kebutuhan sekolah. Untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan secara profesional, serta meningkatkan partisipasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA Negeri I Matangkuli. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah dalam bidang kurikulum meliputi analisis materi pelajaran, program tahunan, program semesteran, satuan pembelajaran, dan rencana program pembelajaran. Bidang kesiswaan meliputi perencanaan penerima siswa baru, kegiatan masa orentasi siswa, penetapan siswa pada kelas tertentu, kehadiran dan disiplin siswa di sekolah, dan program bimbingan konseling bagi siswa yang memiliki kelainan. Bidang personalia meliputi dalam perencanaan pengembanagan guru, pelaksanaan penataran, MGMP, pendidikan lanjutan dan supervisi. Bidang keuangan meliputi penyususnan RAPBS, pendekatan dengan pengusaha, pembuatan proposal. Bidang sarana dan prasarana meliputi pengelolaan gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran, dan Bidang hubungan masyarakat meliputi guru membuat pendekatan dengan orangtua siswa dan ikut serta mensosialisasi program sekolah.
Kata Kunci: Efektivitas Manajemen Bebasis Sekolah


PENDAHULUAN
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan  indonesia, antara penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan kopetensi guru dan tenaga kependidikan, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas pendidikan. Namun demikian, kualitas pendidikan masih belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Menurut Tilaar (2000:65) proses pendidikan adalah pemberdayaan SDM dan ketika proses pemberdayaan menunjukkan hasilnya disitulah terlihat kualitas lembaga pendidikan. Penerapan manajemen merupakan faktor penting dalam pencapaian mutu sekolah yang diharapakan.
Dalam melakukan reformasi pendidikan nasional adalah terkait dengan perubahan arah politik indonesia dari pemerintah yang sentralistik kepada desentralistik. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, perubahan dalam bidang pendidikan merupakan hal yang tak bisa ditawarkan lagi.
Desentralisasi pendidikan menawarkan paradigma baru bagi kepala sekolah untuk lebih mandiri dan mengembangkan seluruh sumber daya sekolah menjadi sekolah unggul. Tuntutan tersebut diperkirakan berimplikasi terhadap penyusunan kurikulum dan manajemen sekolah. Perubahan manajemen pendidikan menjadi suatu keniscahyaan, sehingga sekolah-sekolah juga dituntut melakukan perubahan mananjemen agar lulusan sekolah benar-benar berkualitas.
Sistem yang sentralistik selama ini telah menghalangi peluang berkembangnya profesionalisme di bidang pendidikan baik faktor pembiayaan pemdidikan yang masih rendah, sumber daya yang kurang memadai, manajemen yang kurang efektif, maupun faktor ekternal yaitu bidang politik, ekonomi, hukum dan iptek yang turut memberikan kontribusi rendahnya mutu pendidikan.
Dalam rangka meningkatkan mutu lulusan sekolah dalam tujuh (7) terakhir banyak sekolah yang menerapakan Manajemen Berbasis Sekolah. Strategi manajemen ini menekan adanya program peningkatan mutu berkelanjutan, ketelibatan orang tua siswa dalam perbaikan sekolah, bidang pengajaran, guru dan pegawai, siswa, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat, maka Manajemen Berbasis Sekolah diperkirakan mempunyayi peluang besar dalam mendorong gerakan perbaikan mutu pendidikan dalam era otonomi daerah. Namun pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah sangat tergantung pada mutu sumber daya manusia. Terutama kemampuan kepala sekolah dalam menerapakan ide-ide baru dan perbaikan mutu sesuai dengan ide, tujuan dan fungsi Manajemen Berbasis Sekolah.
Hubungan kerja sama antara personil sebagai inti dari proses manajerial yang dilakukan oleh manajer sehingga program kerja organisasi dalam bidang pendidikan dapat terlaksana dengan baik pelaksanaan proses belajar mengajar, administrasi, pembinaan siswa, evaluasi kependidikan dalam rangka efektivitas organisasi pendidikan dengan peningkatan mutu secara berkelanjutan.
Manajemen Berbasis Sekolah secara konsepsional akan membawa perubahan terhadap peningkatan kinerja sekolah dalam peningkatan mutu, efesiensi manajemen keungan, pemerataan kesempatan dan pencapaian tujuan politik (demokrasi) suatu bangsa lewat perubahan kebijakan desentralisasi diberbagai aspek baik politik, edukatif, administrativ, maupun aggaran pembiayaan pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah selain akan meningkatkan kualitas belajar mengajar dan efisiensi operasional pendidikan, juga tujuan politik terutama demokrasi di sekolah Permadi, (2001:17).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu studi untuk melihat bagaimana pelaksanaan MBS yang difokuskan kepada efekktivitas manajemen pada tatanan sekolah. Maka penulis tertarik untuk mengadakan  penelitian tentang: “Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA Negeri 1 Matangkuli  Kabupaten Aceh Utara”
Hasil penelitian diharapkan dapat mengungkapakan informasi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu administrasi pendidikan terutama dalam menerapakan Manajemen Berbasis Sekolah. Secara Praktis hasil penelitian ini berguna sebagai bahan rekomendasi dalam meningkatkan mutu manajemen sekolah dan Para guru dalam meningkatkan komitmen dalam upaya tercapai keberhasilan dalam pelaksanaan MBS. Lebih khusus penelitian ini akan memberikan masukan kepada berbagai stakeholder dalam mengembangkan prinsip manajemen sekolah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk mempercepat pencapaian kecerdasan anak bangsa.
METODE PENELITIAN
            Pendekatan yang di lakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan naturalistik, sedangkan ekplanasinya bersifat deskriptif dengan jenis data kualitatif. Menurut Sugiyono (2001:4-6). Metode penelitian naturalistik sering disebut dengan metode penelitian kualitatif. Sedangkan yang bersifat deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variable mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau mengabungkan dengan variable yang lain. Data kualitatif bersifat deskriptif dan analisis di lakukan secara induktif. Hasil penelitian kualitatif ini menekan makna dari pada generalisasi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Manajemen pendidikan berbasis sekolah merupakan merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Indikator keberhasilan MPBS yang harus dapat di ukur dan dirasakan oleh para stakeholders pendidikan, adalah adanya peningkatan mutu pendidikan di masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik. MPBS berpotensi untuk meningkatkan partisifasi masyarakat, pemerataan, efisiensi, serta manajemn yang bertumpu di tingkat sekolah. Sekolah dalam hal ini menjadi lembaga mandiri dalam menetapakan kebijakanya, tetapi memiliki jaringan kerja dengan berbagai pihakyang dapat meningkatkan mutu kinerja manajemnya.
Strategi Manajemen Berbasis Sekolah bidang kurikulum adalah lebih didasari kemampuan kepemimpinan dan manajerial kepala sekolah, disamping dukungan para guru dan komite sekolah. Mulyasa, (2002) menyatakan “Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS”. Manajemen kurikulum dan program pembelajaran mencakup kegiatan perencanaan efektivitas, dan penilaian kurikulum.
Dalam hal itu perlu dilakukan pembagian tugas guru, penyusunan kalender pendidikan dan jadwal pelajaran, pembagian waktu yang digunakan, penetapan efektivitas evaluasi belajar, penetapan penilaian, penetapan norma kenaikan kelas, pencatatan kemajuan peserta didik, serta peningkatan perbaikan pengajaran serta pengisian waktu jam kosong.
Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan yang mendukung pencapaian hasil belajar, karena pembinaan siswa berkaitan dengan pengembangan keterampilan, watak dan kepribadian siswa SMA Matangkuli. Manajemen Berbasis Sekolah di sini adalah lebih didasari kemmpuan kepemimpinan dan manajerial kepala sekolah, disamping dukungan para guru dan komite sekolah, hal ini ditandai dari adanya program peningkatan mutu pendidikan melalui penambahan jam pelajaran, pembinaan siswa melalui pendidikan moral, pramuka, dan latihan kepemimpinan, pembinaan minat, bakat, olah raga serta peningkatan pembiayaan dari patrisifasi orang tua, komite sekolah, kerjasama dengan pengusaha dan masyarakat untuk mendukung pembiayaan/keuangan dalam rangka efektivitas program peningkatan mutu sekolah.
Ciri utama efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah dalam pemberian otonomi kepada kepala sekolah. Otonomi itu meliputi pemberian tugas, wewenag, tanggung jawab dan kekuasaan yang besar kepada sekolah. Pemberian otonomi ini akan membuat  sekolah lebih inovatif,  artinya, sekolah dapat melakukan perubahan yang memungkinkan lebih dinamis dalam penyelenggaraan pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen inovatif yang akan merobah pola berpikir dan bertindak. Jika selama ini Manajemen Berbasis Sekolah cendrung bersifat pasif karena keterlibatan birokrasi pemerintah sangat ketat dan secara hirarkis melakukan intervensi yang cukup besar kepada sekolah, dengan diberlakukanya MBS, akan terjadi perubahan-perubahan untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan pasar.
Selama ini dunia pendidikan mengalami stagnasi yang cukup besar mempengaruhi efektifitas sekolah dalam mengolak diri. Sekolah sepertinya tidak mampu melepaskan diri dari berbagai keinginan dan kebutuhan secara mendasar. Hal inilah yang membelenggu berbagai potensi yang sebenarnya dimiliki sekolah.
Berbagai problem sekolah pada saat yang lalu menurut Saiful (2004:12) adalah sebagai berikut :
1.      Sekolah pada semua jenjang dan level diurus seadanya, kreativitas dan inovatif tidak mendapat tempat yang layak karena bisa saja inovatif dan kreativitas malah bertentangan dengan pandangan pemegang kekuasaan.
2.      Pihak sekolah menerima sarana dan prasarana pendidikan disekolah seadanya, tidak dapat memberikan masukan atau komentar.
3.      Guru bekerja tidak maksimal, mereka bekerja hanya memenuhi jam kerja sesuai dengan yang dijadwalkan karena jika mereka bekerja keras karir dan prestasinya tetap tidak jelas.
4.      Ruang gerak lulusan sekolah jadi sempit karena kualitas seadanya.
Untuk mengatasi berbagai hal tersebut, maka MBS mensyaratkan agar perlu meningkatkan partisipasi masyarakat. Semakin tinggi partisipasi masyarakat, semakin mudah sekolah memenuhi kebutuhanya, terutama dukungan biaya masyarakat. Masysrakat sebagai stakeholder pendidikan jangan sampai diabaikan, karena masyarakat merupakan salah satu kekuatan utama dalam mendukung program sekolah.
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia disekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan itu fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan  adalah menarik, mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, menbantu anggota mencapai posisi dan standar prilaku serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Tugas kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen tenaga kependidikan bukanlah pekerjaan yang mudah karena tidak hanya mengusahakan tercapainya tujuan sekolah, tetapi tujuan tenaga kependidikan (guru dan pegawai) secara pribadi. Karena itu kepala sekolah dituntut untuk mngerjakan instrumen pengelolaan  tenaga kependidikan seperti daftar absensi, daftar urut kepangkatan, daftar riwayat hidup, daftar riwayat pekerjaan dan komite pegawai untuk membantu kelancaran MBS di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah SMA di kecamatan matangkuli telah melakukan secara terus menerus dalam rangka memperkuat efektivitas MBS. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk pertanggung jawabanya yang memiliki otoritas di sektor pendidikan. Berbagai upaya terus dilakukan sehingga prinsip-prinsip MBS menjadi dinamika baru dalam kehidupan organisasi baru.
Upaya yang dilakukan dalam melaksanakan MBS, dengan mendorong kepemimpinan kepala sekolah yang kuat sehingga merealisir seluruh tujuan pendidikan dan tujuan sekolah. Selama ini justru dirasakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah, tidak begitu kuat dalam menjalankan organisasi sekolah. Hal ini terjadi karena kepala sekolah dibayangi kekuasaan satuan atasanya, sehingga tidak memungkinkannya melakukan berbagai tindakan tanpa seizin satuan atasan tersebut.
Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat akan dapat mengambil dan menghargai keputusan yang demokratis. Proses pengambilan keputusan yang demokratis adalah salah satu syarat untuk dapat menerapkan MBS demokratis adalah sekolah yang mengambil keputusan demokratis pula. Hal ini perlu diterapkan, karena dalam MBS, sekolah bukan lagi hanya milik sekolah itu saja, tetapi ia adalah bagian dari masyarakatnya yang memiliki komunitas dan kepentingan terhadap komunitas itu. Seperti pendapat Mulyasa (2003:13) yang mengemukakan bahwa:
Peningkatan efisiensi diperoleh melalui peningkatan SDM, partisifasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Peningkatan mutu diperoleh melalui partisifasi maysrakat, kelenturan pengelolaan sekolah, peningkatan profesionalisme guru, adanya hadiah dan sanksi sebagai hukuman dan berbagai hal lain yang dapat menumbuh kembangkan suasana kondusif disekolah.
Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah pada SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh Utara berkaitan dengan perpaduan strategi kebijakan dari atas dan kebijakan dari bawah yaitu dukungan para guru, komite sekolah dan orang tua sebagai seorang teman, strategi Manajemen Berbasis Sekolah ini mengarah pada pengembangan sekolah efektif, dimana faktor profesionalisme dan pemberdayaan guru merupakan satu pilar bagi keberhasilan seluruh program peningkatan mutu di sekolah berada dalam lapangan manajemen sekolah.
Karakteristiknya menurut Beare, dkk (1989) yaitu: (1) guru-guru memiliki kepemimpinan yang kuat. Kepala sekolah memberikan perhatian yang tinggi untuk perbaikan mutu pengajaran, (2) guru-guru memiliki kondisi pengharapan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi siswa, (3) atmosfir sekolah yang tidak rigid (kaku), sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam sekuruh proses pengajaran atau suatau tatanan iklim yang nyaman, (4) sekolah memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan mengusahakan efektivitas sekolah dengan energi dan sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan pengajaran secara maksimal, (5) sekolah efektif menjamin kemajuan murid dimonitor secara periodik. Kepala sekolah dan guru menyadari bahwa kemajuan prestasi pelajar berhubungan dengan tujuan pengajaran.
Sekolah dapat menjadi efektif dan sekaligus menjadi efisien. Sekolah efektif  karena pencapaian hasil yang baik, sedangkan sekolah yang efisien ialah penggunaan sumber daya yang hemat. Untuk mengetahui indikator prestasi belajar tentunya dilihat dari absensi (kehadiran), tingkah laku disekolah, laporan kejahatan/ penyimpangan dan hasil ujian nasional. Sekolah yang unggul tersebut adalah sekolah yang efektif dan efisien dengan menjanjikan lulusan yang terbaik, keunggulannya secara kompetitif dan komparatif. Keunggulan kompetitif dimiliki antara lulusan sejenis dalam jurusan yang sama, sedangkan komparatif antara lulusan berbeda dari suatu sekolah dengan sekolah lainnya.
Kepemimpinan transparan yang partisipatif oleh kepala SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh Utara dijalankan dengan memantapkan kerjasama dengan para guru harus terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan yang muaranya dalam kelulusan berkualitas. Demikian pula para manejer atau kepala sekolah harus berfungsi sebagai bagian dari kerjasama dalam lembaga untuk menjamin perubahan dalam lingkungan pendidikan era kekinian. Semakin terpenuhinya prinsip ekonomi, transparansi, dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru, karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah.
Berkaitan dengan pemantapan tanggung jawab masyarakat terhadap mutu pendidikan menurut Newton dan Tarran (1992:9) menjelaskan bahwa: penyebaran komitmen mutu dan tanggung jawab kepada masyarakat adalah satu bagian penting dari penerimaan dan perwujudan strategi perubahan dalam pendidikan. Mutu yang berkaitan dengan pengalaman adalah hal mendasar bagi keberhasilan sekolah. Sebab sekolah melibatkan secara tinggi sejumlah interaksi keseharian dalam memelihara mutu dari hubungan penghargaan yang dialamatkan kepada menjadi nilai penting dalam pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah pada dasarnya adalah reformasi manajemen di sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Reformasi di sekolah bersifat kualitatif  dan kuantitatif. Dikatakan lebih bersifat kualitatif karena mutu sulit dapat diukur secara matematis, namun lebih dapat diukur dengan indikator-indikator tertentu. Itulah sebabnya desentralisasi secara politis menuntut agar MBS yang diterapkan di sekolah-sekolah, harus memberikan berbagai hal, sebagaimana yang diungkapkan Duhou, (1999:128) :
1.      Peningkatan efektivitas keputusan berkaitan dengan kebijakan pendidikan, baik ditingkat sekolah maupun sistem.
2.      Manajemen sekolah dan leadership pendidikan yang meningkat.
3.      Ketentuan pengunaan sumber daya lebih efesien.
4.      Kualitas pengajaran meningkat
5.      Pengembangan kurikulum lebih sesuai dengan tuntutan sosial dan tenaga kerja masa depan
6.      Menghasilkan outcommes (hasil) siswa yang meningkat.
Penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan prinsip MBS, sekolah mendapat bimbingan profesional dari satuan atasan. Bimbingan ini diperlukan karena selama ini sekolah berada dalam bimbingan dan arahan satuan atasan sehingga sekolah cenderung terikat oleh satuan atasannya. Keterikatan itu bukan hanya dalam pengambilan keputusan saja, tetapi juga dalam menentukan berbagai kebijakan sekolah dalam mempelakukan masyarakat penguna jasa pendidikan sekolah itu.
Bimbingan dari satuan atasan akan semakin kuat dan kokoh jika sekolah menerapakan sikap transparan dan memiliki akuntabilitas yang tinggi kepada masyasrakatnya. Transparan itu berkaitan dengan kemauan sekolah untuk dapat lebih terbuka dan tidak menerapkan sistem tertutup dalam berbagai hal, terutama dalam pertanggungjawaban keuangan yang diperoleh dari masyarakat, terutama masysrakat pengguna jasa kependidikannya. Sekolah bukan lagi menjadi sistem tertutup yang tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakatnya, sekolah sudah menjadi sistem terbuka sehingga tidak ada lagi yang tersembunyi dan disembunyikan dari masyarakat.
Berkaitan dengan prinsip akuntabilitas, sekolah berusaha memberikan layanan memungkinkan, sehingga masyarakat merasa puas dengan kinerja sekolah. Pencapaian kinerja sekolah dalam hal ini agar seluruh pencapaian tujuan sekolah yang merupakan bagian dari tujuan pendidikan secara menyeluruh dapat dicapai. Kinerja sekolah dalam kontek MBS, adalah kinerja pendidikan secara universal, yaitu tercapainya kinerja pembelajaran sehingga memungkinkan peserta didik dapat tumbuh dan berkembanga secara profesional, yang pada saat bersamaan anak tumbuh berkembanga sesuai dengan bakat, minat masing-masing sehingga anak mencapai tujuan lembaga pendidikan di mana anak tersebut sekolah.
Dapat ditegaskan bahwa semakin tinggi komitmen mutu yang di perjuangkan kepala sekolah, guru-guru dan komite sekolah serta masyarakat/orang tua dalam spektrum SMA Negeri I Matangkuli Aceh Utara, maka Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah untuk peningkatan mutu  akan semakin baik, semakin terpenuhi prinsip otonomi, transparansi, dan akuntabilitas berjalan dengan baik maka pimpinan sekolah, guru-guru dan karyawan dan pihak terkait dengan sekolah semakin kuat komitmennya menjalankan program perbaikan mutu sekolah. Semakin besar dukungan kepemimpinan, dewan  guru, komite sekolah, dan masyarakat dalam menjalankan prinsip dan teknik Manajemen Berbasis Sekolah di SMA Negeri 1 Matangkuli Aceh Utara maka sekolah ini semakin mencapai kualifikasi sekolah efektif yang menguntungkan semua pihak terkait dengan sekolah.
Dalam peningkatan kemampuan memenuhi keuangan sekolah ada beberpa upaya dan institusi pendukung sekolah ini, yaitu: peranan komite sekolah , hubungan kerjasama luar, dan dukungan iklim sekolah. Sahaan (2006:117) keberhasilan sekolah mendapatkan bantuan dari masyarakat, merupakan upaya yang dapat mengurangai pengeluaran dana sekolah. Dana tersebut dapat dipergunakan untuk keperluan lain yang dapat meningkatkan efektivitas sekolah. Pembiayaan pendidikan dalam penerapan manajemen berbasis sekolah mengalami delema, sebab dengan diterapkan manajemen berbasis sekolah, sekolah (khususnya sekolah negeri) seharusnaya tidak lagi mendapat dana yang penuh dari pemerintah sebagaimana biasanya. Dana sekolah seharusnya diperoleh dari usaha sekolah, kalaupun ada bantuan dari pemerintah, tidakalah sebesar sebagaimana selama ini.
Dalam menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang menjadi prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun taman sekolah, jalan menju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pelajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Sujanto (2007;37) sejak dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan, dilakukan oleh sekolah, karena sekolah yang paling mengetahui. Pengadaan untuk pengadaan dapat sharing antara pemerintah dan masyarakat.
Hubungan sekolah dengan masyarakat dalam manajemen berasis sekolah sangat penting karena pada SMA matangkuli, posisi masyarakat sebagai salah satu unsur pendidikan. Pada hakikatnya hubungan sekolah dengan masyarakat meruapakan suatu saran yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi siswa di sekolah. Sujanto (2007:54) esensi hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan mutu sekolah melalui bentuk partisifasi masyarakat, kepedulian, serta ras ikut memiliki, dan dukungan moral serta finansial sejak dulu, model seperti ini sebenarnya sudah terujud, dan kini tampaknya sudah mengendur. Saat ini kita tinggal meningkatkan intensitas dan ektensitasnya.

SIMPULAN
Dalam mewujudkan manajemen berbasis sekolah di SMA untuk meningkatkan keterampilan lulusan berdaya saing tinggi, SMA telah menyusun program sekolah dan merealisasikanya sesuai dengan visi, misi dan tujuan SMA sebagai sasaran berdasarkan program kerja sekolah. Efektifitasn manajemen berbasis sekolah dengan melibatkan anggota internal sekolah dan komite sekolah. Pelaksanaan bidang kurikulum, keiswaan, personalia, keuangan, sarana dan prasarana dan hubungan dengan masyarakat, sudah dilakukan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan bersama. Kepala sekolah memiliki peran yang kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinana kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat meujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap.








DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi, (2002). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Bedjo Sujanto, (2007). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Jakarta: CV. Sagung Seto.

Duhou, Abu Ibtisam, (1999). School Based Management. Jakarta: Logos

Mulyasa, (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: CV. Remaja Rosdakarta.

Mulyasa, E, (2003), Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda Karya, Bandung.

Mulyasa. E, (2004). Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy, (2002). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Permadi, Dedi, (2001). Manajemen Berbasis Sekolah Dan Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah, PT. Sara Panca Karya Nusa, Bandung.

Sujanto, Bedjo (2007). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, Sagung Seto, Jakarta.

Siahaan. Dkk, (2006). Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah. Quantum Teaching. Ciputat.

Tilaar, H.A.R, (1992). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta, Rineka Cipta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar